Minggu, 20 Maret 2016

            Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menghadiri pelantikan pengurus Partai NasDem se-DKI Jakarta. Acara pelantikan ini juga dihadiri oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kedua tokoh ini dikelilingi massa 'Teman Ahok'. Massa tersebut adalah ribuan kader Partai NasDem yang mengenakan kaos 'Teman Ahok'. Mereka duduk di tribun di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (20/3/2016). Sementara itu Surya Paloh duduk berdampingan dengan Ahok di kursi yang disediakan di tengah Istora. Menteri LHK Siti Nurbaya yang juga kader NasDem juga hadir dalam pertemuan ini. Siti Nurbaya hadir lebih dulu bersama dengan Surya Paloh sekitar pukul 15.40 WIB. Surya Paloh tampak mengenakan jas berwarna hitam dan pejabat lainnya menggunakan jaket kebesaran partai yang berwarna biru gelap. Elite NasDem seperti  Akbar Faizal, Taufik Basari, dan Viktor Laiskodat menyusul mengikuti acara mengenakan jas kebesaran NasDem berwarna biru tua. Kehadiran mereka disambut tepuk tangan hadirin. 

            Tak lama mereka hadir, gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tiba sekitar pukul 15.50 WIB. Kehadiran Ahok yang mengenakan batik lengan panjang warna biru cerah ini disambut tepuk tangan meriah para 'Teman Ahok' dari NasDem. Sampai berita ini diturunkan acara ini masih berlangsung. Acara ini dihadiri oleh ribuan kader Partai NaDdem yang kompak mengenakan baju Teman Ahok. Ribuan kader Partai Nasional Demokrat (NasDem) datang ke acara pelantikan pengurus partai NasDem DKI Jakarta. Mereka kompak menggunakan seragam Teman Ahok. Seperti yang diketahui, partai pimpinan Surya Paloh ini telah mendeklarasikan dukungannya kepada calon petahana Ahok untuk pertarungan pilkada DKI 2017. Seakan ingin membuktikan hal tersebut, partai NasDem kemudian membagikan kaos Teman Ahok kepada para kadernya dalam acara pengurus partai untuk wilayah DKI Jakarta. Kader partai NasDem dari berbagai wilayah se Jakarta ini mengaku mendapatkan kaos Teman Ahok ini Sabtu malam (19/3/2016) di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kaos Teman Ahok yang disediakan ini berjumlah 3.000 buah.

            "Kami dukung Pak Ahok!," ujar para pendukung dengan kompak sesaat menjelang acara di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu, (20/3/2016). Kaos Teman Ahok ini berwarna dominan putih dengan aksen biru di lengan. Di bagian depan terdapat tulisan Teman Ahok dengan ukuran yang cukup besar. Sedangkan di bagian belakang kaos terdapat tulisan "Ahok-Heru untuk Pilkada Jakarta 2017-2022". Acara pelantikkan pengurus partai NasDem DKI Jakarta ini dijadwalkan akan dihadiri oleh ketum NasDem, Surya Paloh, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dan pimpinan wilayah DKI Jakarta. Acara sendiri akan dimulai pukul 16.00 WIB. Ketua PDIP Bidang Organisasi dan Keanggotaan Djarot Syaiful Hidayat menghadiri acara pengukuhan pengurus ranting PDIP se-Jakarta Barat. Dalam pesannya kepada kader ranting PDIP, Djarot menekankan agar kader siap berkonsolidasi menuju agenda politik seperti Pilkada 2017.

            Ia menyebut awal kebangkitan PDIP terlihat pada 2012 ketika pasangan Joko Widodo dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menang di Pilkada DKI. PDIP sebagai salah satu partai pengusung pasangan ini. "Kita yang merasa tersisih, tapi di 2012 membuktikan bisa bangkit. Partai Moncong Putih bangkit. PDIP menjadi salah satu parpol pengusung Pak Jokowi dan Pak Basuki bisa menang," ujar Djarot dalam pidato di acara pengukuhan di GOR Grogol, Jakarta Barat, Minggu (20/3/2016). Keberhasilan PDIP terasa ketika Pemilu 2014 baik pemilihan legislatif serta pemilihan Presiden. Kemenangan di Pemilu legislatif mengantarkan PDIP meraih 109 kursi di DPR. Lalu di DPRD DKI, PDIP punya 28 kursi. "Tahun 2014, di pemilu legislatif kita menang. Di (DPRD) DKI 28 kursi. Untuk DPR RI 106 kursi. PDIP itu partai gotong royong, bukan individualis," tutur Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

            Kemudian, ia mengingatkan lagi pentingnya suara kader daerah menyongsong persiapan Pilkada 2017. Aspirasi daerah yang diserap ini merupakan suara dari bawah untuk didengar pengurus DPP. Pengurus ranting setiap Jakarta mesti memulai menyukseskan demi kebaikan untuk masyarakat. "Kalian yang mulai menyapa, memperkenalkan partai ke masyarakat. Apa kalian siap untuk mewujudkan Jakarta baru? Siap tidak?" kata Djarot. "Ini grass root, suara didengarkan, bagaimana keresahan, aspirasi pengurus ranting. Tapi, saya ingin memastikan, minta tolong, sanggupkah teman-teman untuk konsolidasi. Demi partai dengan cara santun, menghormati, menghargai sebagai warga negara," sebutnya. Lalu, Djarot menekankan juga agar kader ranting PDIP se-Jakarta Barat ikut mendukung dirinya serta Gubernur Basuki Tjahaja Purnama untuk menyelesaikan tugas sampai 2017. Komitmen ini sebagai tanggung jawab moral PDIP mendukung pelaksanaan pemerintahan DKI.

            "Sebagai Wakil Gubernur yang ditugaskan oleh partai saya mempunyai kewajiban. Saya ingin memastian, bahwa semua itu bisa terwujud, sampai 2017, sebagai parpol, yang mengusung Jokowi-Basuki sejak 2012, maka itu kewajiban moral," sebutnya. Menjelang Pilkada DKI yang dihelat tahun depan, kelompok pendukung bakal calon gubernur terus bermunculan. Setelah Teman Ahok, kini muncul Sahabat Djarot sebagai pendukung Wakil Gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat untuk maju di Pilkada tahun depan. Djarot mengaku belum berkomunikasi dengan kelompok Sahabat Djarot. "Belum. Belum pernah dia ngomong (ke saya) untuk nyalonkan saya. Partai (PDIP) juga belum," kata Djarot sebelum acara pengukuhan pengurus ranting Jakarta Barat, di GOR Grogol, Jakarta Barat, Minggu (20/3/2016).

            Dia menambahkan bila kemunculan Sahabat Djarot ini tak bisa dilarang. Meski mengaku belum  berkomunikasi, Djarot hanya mengetahui bila Sahabat Djarot ini tak bekerja untuk mengumpulkan KTP. "Biarin saja, mungkin mereka (Sahabat Djarot, red) berimprovisasi. Dan, silakan saja. Semua warga negara kan berhak untuk seperti itu kan ya. Tetapi kan apa ya, kita kan tidak mengumpulkan KTP ya? Iya kan, nggak kumpulkan KTP. Masa dilarang-larang anak-anak muda itu. Biar saja," tuturnya. Sejauh ini, kata Djarot, ia masih diberikan amanah oleh PDIP agar fokus menuntaskan jabatan hingga 2017. Janji awal Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama ketika masih menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI harus direalisasikan. "Terus terang saja kami, saya itu ditugasi untuk tetap mengawal, memastikan bahwa janji-janji politik, misi-misi Pak Jokowi  dan Pak Basuki pada 2012 bisa terwujud, terealisasikan sampai 2017," ujar eks Walikota Blitar itu.

Dua pimpinan DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat masuk bursa bakal calon gubernur untuk Pilkada tahun depan. Namun, Djarot menegaskan komunikasibya dengan Ahok terhadap program pemerintahan ibukota terus berjalan.

            Menurutnya, tak ada benturan dan terpecah karena isu pemilihan Gubernur DKI tahun depan. Sebagai wakil gubernur, Djarot sadar posisinya karena diminta Ahok. "Yang meminta saya mendampingi itu Pak Ahok. Itu meminta kepada ketua umum. Kemudian, saya mendapatkan rekomendasi dari partai. Maka saya juga harus setia kepada partai. Saya juga setia pada Pak Ahok. Iya toh. Enggak mungkin dong, kita berbenturan dengan pak Ahok," kata Djarot di sela pengukuhan pengurus ranting se Jakarta Barat, di GOR Grogol, Minggu (20/3/2016). Menurutnya, keharmonisan menjadi wakil gubernur harus dijaga sampai masa tugas selesai. Secara etika dan moral, hal ini yang menjadi pola pikirnya. "Karena dia (Ahok, red) yang meminta kita kok. Ya kan. Itu etika, moral. Moral pemerintahan. Tidak boleh terpecah dan mengadu satu sama lain," tuturnya.

            Bagi Djarot, soal namanya masuk bursa cagub DKI diserahkan ke mekanisme PDIP. Ia tak ingin berandai-andai bila namanya diajukan partai atau tidak. Saat ini, diingatkannya yang terpenting adalah komitmen menjaga pemerintahan hingga masa bakti 2017. "Saat ini tetap setia dengan Pak Ahok ya, harus mendampingi beliau, memastikan semua program Pemprov DKI itu berjalan dengan baik. Sesuai komitmen kita ini kita tuntaskan sampai 2017. Jadi, gak papa," sebut eks Walikota Blitar itu. Lagipula, menurut Djarot,dirinya diperintahkan PDIP untuk tetap fokus sebagai Wakil Gubernur DKI. Jalan menuju Pilkada DKI dilihatnya masih panjang. "Saya diperintahkan oleh partai untuk tetap setia, agar tak memikirkan ke sana. Karena jalan masih panjang. Karena aturan-aturan Pilkada ini masih digodok dan dibahas ya. Kita tunggu aja yang sabar," ujarnya. Djarot pun belum yakin bila dirinya pasti diusung PDIP untuk maju ke Pilkada DKI tahun depan.

            "Itu kan kalau. Itu masih belum pasti. Ikutin saja mekanismenya. Saya sampaikan tadi, setialah pada sumbermu. Makanya saya setia terhadap partai, saya juga setiap pada Pak Ahok," katanya. Wakil Gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat menegaskan kampanye tak boleh dilakukan di tempat milik fasilitas umum. Hal ini termasuk larangan kampanye di acara yang menjadi milik khalayak umum seperti hari bebas berkendaraan (car free day). Diingatkan Djarot, car free day ada aturan larangan tak boleh untuk melakukan aktifitas politik. "Kan sudah ada ketentuannya car free day  tidak boleh digunakan untuk aktifitas politik, ya itu berarti menurut saya pelanggaran dan tidak boleh," kata Djarot sebelum acara pengukuhan pengurus ranting PDIP se-Jakarta Barat di GOR Grogol, Minggu (20/3/2016). Djarot menjelaskan car free day yang diselenggarakan setiap hari Minggu merupakan acara agar masyarakat bisa berekspresi secara positif. Bila aktivitas politik untuk kepentingan Jakarta seperti bagi-bagi pohon untuk penghijauan atau larangan penggunaan plastik maka tak menjadi masalah. Namun, berbeda bila digunakan untuk kepentingan kampanye.

            "Car free day untuk warga Jakarta di dalam hari Minggu itu untuk berekspresi, ya berolahraga, bercengkerama. Jangan dimanfaatkan macam-macam. Boleh dimanfaatkan, tapi itu untuk kepentingan Jakarta. Misalnya Bagi-bagi pohon untuk penghijauan. Tapi,  kalau untuk kepentingan-kepentingan politik ya jangan. Jangan lah. Tidak baik itu," sebutnya. Dia menambahkan fasilitas umum juga tak layak dipakai untuk kampanye. Bila dipaksakan dipakai maka hal tersebut justru merusak demokrasi."Seperti itu tidak baik ya. Itu tidak baik bagi demokrasi kita," tuturnya. Djarot pun menceritakan pengalamannya ketika menjabat Walikota Blitar, Jawa Timur. Setiap acara kepentingan partai politik maka Djarot menghindari penggunaan fasilitas pejabat seperti kendaraan dinas. "Bahkan sejak saya jadi walikota, ketika acara-acara partai pun, saya selalu menggunakan kendaraan pribadi pun. Saya tidak pernah. Tanya saja. Bahkan ketika di Blitar pun, saya tidak mau menggunakan kendaraan dinas," ujarnya.


Sumber :

By :
Free Blog Templates

Doraemon Cute Cursors