Jumat, 08 Mei 2015

DEFINISI KEPEMIMPINAN :

     Kepemimpinan adalah Kemampuan memperoleh konsensus dan keika tanpa dasasaran bersama, melampaui syarat-syarat organisasi, yang dicapai dengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja.Dan dapat diterangkan secara lebih rinci seperti berikut. Kemampuan memperoleh :kepemimpinan merupakan proses pengaruh yang memungkinkan manajer membuat  orang–orangnya bersedia mengerjakan apa yang harus di kerjakan.

TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN :

    Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain :

     Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
b.Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, lingkungan dan kemampuan.

1.Teori-teori dalam Kepemimpinan

a) Teori Sifat

     Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: 
– pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
      
      Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

b) Teori Perilaku

   Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

– Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

– Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)

c) Teori Situasional

    Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
  1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
  2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
  3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
  4. Norma yang dianut kelompok;
  5. Rentang kendali;
  6. Ancaman dari luar organisasi;
  7. Tingkat stress;
  8. Iklim yang terdapat dalam organisasi.

1. Moril
   Moril adalah keadaan jiwa dan emosi seseorang yang mempengaruhi kemauan untuk melaksanakan tugas dan akan mempengaruhi hasil pelaksanaan tugas perorangan maupun organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi moril adalah :
1). kepemimpinan atasan.
2). kepercayaan dan keyakinan akan kebenaran.
3). penghargaan atas penyelesaian tugas.
4). solidaritas dan kebanggaan organisasi.
5). pendidikan dan latihan.
6). kesejahteraan dan rekreasi.
7). kesempatan untuk mengembangkan bakat.
8). struktur organisasi.
9). pengaruh dari luar.

2. Disiplin 
    Disiplin adalah ketaatan tanpa ragu-ragu dan tulus ikhlas terhadap perintah atau petunjuk atasan serta peraturan yang berlaku. Disiplin yang terbaik adalah disiplin yang didasarkan oleh disiplin pribadi.
Cara-cara untuk memelihara dan meningkat disiplin : 
1). Menetapkan peraturan kedinasan secara jelas dan tegas. 
2). Menentukan tingkat dan ukuran kemampuan. 
3). Bersikap loyal. 
4). Menciptakan kegiatan atas dasar persaingan yang sehat.
5). Menyelenggarakan komunikasi secara terbuka.
6). Menghilangkan hal-hal yang dapat membuat bawahan tersinggung, kecewa dan frustasi.
7). Menganalisa peraturan dan kebijaksanaan yang berlaku agar tetap mutakhir dan
     menghapus yang sudah tidak sesuai lagi.
8). Melaksanakan reward and punishment.

3. Jiwa Korsa
  Jiwa Korsa adalah loyalitas, kebanggan dan antusiasme yang tertanam pada anggota termasuk pimpinannya terhadap organisasinya. Dalam suatu organisasi yang mempunyai jiwa korsa yang tinggi, rasa ketidakpuasan bawahan dapat dipadamkan oleh semangat organisasi.
Ciri jiwa korsa yang baik adalah : 
1). Antusiasme dan rasa kebanggan segenap anggota terhadap organisasinya.
2). Reputasi yang baik terhadap organisasi lain.
3). Semangat persaingan secara sehat dan bermutu.
4). Adanya kemauan anggota untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
5). Kesediaan anggota untuk saling menolong.

4. Kecakapan
    Kecakapan adalah kepandaian melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dalam waktu yang singkat dengan menggunakan tenaga dan sarana yang seefisien mungkin serta berlangsung dengan tertib. Pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki pimpinan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, inisiatif dan pengembangan pribadi serta pengalaman tugas.
Setiap pemimpin perlu menentukan corak dan gaya kepemimpinannya agar nampak seni kepemimpinannya dalam memimpin. Corak dan gaya kepemimpinan dapat terlihat dari sikap pemimpin, yaitu sebagai : Pemimpin, Guru, Pembina, Bapak dan Teman Seperjuangan.
  1. Sebagai Pemimpin. Pemimpin harus mampu memberikan bimbingan/tuntunan yang diperlukan serta senantiasa menjadi contoh dan teladan dalamperkataan, perbuatan, menimbulkan dan memelihara kewibawaan serta mampu melahirkan Pemimpin baru.
  2. Sebagai Guru. Pemimpin harus berusaha meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan anggotanya baik perorangan maupun dalam hubungan kelompok. Memiliki kesabaran dan ketenangan dalam mendidik dan melatih.
  3. Sebagai Pembina. Pemimpin senantiasa berusaha agar organisasi dalam melaksanakan tugasnya selalu berhasil guna dan berdaya guna. Dalam usaha pembinaan selalu diarahkan kepada peningkatan dan pemeliharaan unsur personil, materil dan kemampuan operasionalnya. Selain itu pemimpin harus menguasai makna fungsi pembinaan yang meliputi perencanaan, penyusunan, pengarahan dan pengawasan.
  4. Sebagai Bapak. Pemimpin harus berperilaku sederhana, mengenal setiap anggota bawahan, bersikap terbuka dan ramah, mengayomi, bijaksana tetapi tegas, adil, mendorong dan berusaha meningkatkan kesejahteraan anggota bawahan baik materiel maupun spirituil.
  5. Sebagai Teman Seperjuangan. Dalam keadaan suka dan duka, pemimpin dan bawahan merasa senasib sepenanggungan dan saling membantu, serta bersedia berkorban demi kepentingan bersama.

related:


Ini pengalaman saya sewaktu didalam suatu kelompok belajar. saat itu saya kelas 3 sekolah menengah atas. saat itu saya disuruh untuk membuat kelompok yang berisikan 4 orang untuk saling berpasangan untuk melakukanlatihan persiapan pertandingan kejuaraan KARATE waktu itu senpai saya memberikan pilihan untuk setiap kelompok untuk memilih pasangan yang diadu agar tidak grogi/tidak kaku saat di arena. Akhirnya kelompok kami memutuskan untuk memilih lawannya dan peralatan untuk pertandiingan, contoh dari peralatan nya adalah : 
  1. Body protektor
  2. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
  3. Pelindung tangan
  4. Pelindung tulang kering
  5. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
  6. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:Peluit untuk arbitrator/alat tulis
    • Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
    • Pelindung tubuh untuk kontestan putri
    • Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
jadi, keputusan yang diambil adalah memutuskan untuk menggunakan Pelindung tubuh untuk kontestan putri yang akan dijadikan bahan pelatihan.

Kamis, 07 Mei 2015



Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut: 
  1. hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
  2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
  3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
  4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
  5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
  6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
  7. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
  8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
  9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.


Disamping faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Terry seperti yang dikemukakan diatas, terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
  • Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
  • Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
  • Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
  • Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
  • Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
  • Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Adapun saya mendapat referensi lain dalam pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal. adapun faktor faktor yang meliputi seperti :
  1. Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll. 
  2. Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.
  3. Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.



      Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Berikut adalah jenis jenis keputusan dalam organisasi :

  1. Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang-ulang dan (telah ditentukan sebelumnya (rutin), sehingga dapt diprogram. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena mempunyai kriteria suatu kinerja yang telah diukur secara jelas. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tingkat bawah. Contohnya yaitu keputusan pemesanan barang atau penetapan harga.
  2. Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi (tidak ditetapkan sebelumnya). Keputusan ini biasanya dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana cara merespon masalah tersebut. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tidak terstruktur. Contoh nya adalah keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain.

Referensi :

        Hasil gambar untuk bagaimana cara manusia dapat berkomunikasi dengan efektif


         Komunikasi merupakan suatu cara atau proses penyampaian informasi antar manusia. Informasi tersebut dapat berupa pesan atau berita.  Manusia dalam kehidupannya memang tidak bisa dipisahkan dari yang namanya komunikasi, akan tetapi tidak semua manusia dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif, lalu bagaimana caranya agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik ???

Komunikasi dapat dikatakan baik dan efektif jika komponen dalam berkomunikasi berlangsung dengan baik.
Komponen tersebut meliputi :
  • Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
  • Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
  • Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
  • Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
  • Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
  • Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol")

     Sudah dijelaskan juga sebelumnya, bahwa proses dalam berkomunikasi adalah hal yang sangat penting disamping komponennya. Proses dalam komunikasi adalah salah satu dari cara agar komunikasi berjalan efektif dengan memperhatikan model komunikasinya (pengirim, pesan, penerima). Bagaimana tidak penting jika proses dalam berkomunikasi tidak berjalan baik maka penyampaian informasi pasti akan terganggu dan menyebabkan komunikasi menjadi tidak baik atau tidak efektif. akan tetapi bila sebaliknya, bila proses komunikasi berjalan baik, maka penyampaian informasi pasti akan secara efektif tersampaikan kepada pihak peneriman dan cara tersebut lebih efektif.

Jadi intinya, bagaimana cara agar manusia dapat berkomunikasi secara efektif ? yakni dengan memperhatikan komponen dalam berkomunikasi serta proses atau cara dalam berkomunikasi (penyampaian informasi). 

Referensi :

By :
Free Blog Templates

Doraemon Cute Cursors